Haberdenizli – Pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump resmi membuka pusat penahanan imigrasi baru di lokasi ekstrem. Fasilitas itu dibangun di tengah Cagar Alam Big Cypress, Florida, yang dikenal sebagai habitat alami buaya dan ular piton. Langkah ini langsung menuai kritik dari aktivis hak asasi manusia dan kelompok lingkungan.
Fasilitas yang hanya dibangun dalam waktu delapan hari itu dijuluki “Alligator Alcatraz” oleh anggota Partai Republik. Nama tersebut mengacu pada penjara legendaris Alcatraz di Teluk San Francisco, yang terkenal karena letaknya yang terpencil dan sulit diakses.
Bangunan penahanan ini dikelilingi pagar kawat, dengan tempat tidur susun di bawah tenda-tenda putih. Lokasinya berada dekat landasan pacu, sehingga memungkinkan proses deportasi dilakukan secara cepat dan efisien. Pemerintah menyebut kapasitasnya mencapai 5.000 orang, namun kondisi di lapangan memunculkan kekhawatiran besar.
“Baca Juga: Kapal Feri Tenggelam di Selat Bali, 15 Orang Belum Ditemukan”
“Kondisinya tidak manusiawi. Ini lebih mirip kamp penahanan sementara di zona bahaya,” ujar salah satu aktivis imigrasi yang menolak disebutkan namanya. Aktivis lingkungan dan masyarakat adat setempat juga menolak pembangunan fasilitas ini. Mereka menyebut pembangunan tersebut mengabaikan keseimbangan ekosistem dan hak-hak komunitas lokal.
Meskipun ditujukan untuk mempercepat proses penahanan dan deportasi imigran ilegal, keputusan Trump membuka pusat ini dianggap kontroversial. Banyak pihak mempertanyakan keamanan dan kelayakan hidup bagi para penghuni fasilitas.
Pemerintah belum memberikan tanggapan resmi atas kritik yang berkembang. Namun, para pengamat menyebut pusat ini akan menjadi simbol kerasnya kebijakan imigrasi Trump ke depan, serta mengundang debat berkepanjangan soal kemanusiaan dan lingkungan.
Kunjungan Trump ke ‘Alligator Alcatraz’ Picu Gelombang Protes dan Gugatan Hukum
Presiden Donald Trump mengunjungi langsung pusat penahanan imigrasi baru di Cagar Alam Big Cypress, Florida, pada Selasa (1/7/2025). Fasilitas kontroversial yang dijuluki “Alligator Alcatraz” itu dibangun di tengah habitat buaya dan ular piton. Trump menyebut pusat ini sebagai model bagi pembangunan fasilitas serupa di negara bagian lain seperti Alabama dan Louisiana.
Pemerintah mengklaim fasilitas tersebut akan dilengkapi perpustakaan hukum dan ruang rekreasi bagi para tahanan. Namun, politisi lokal dari Partai Republik justru mengangkat kerasnya kondisi lapangan sebagai simbol tegasnya kebijakan imigrasi.
Kontroversi semakin memuncak setelah politikus Partai Republik, Bill Heimlich, menyatakan melalui media sosial X bahwa para imigran “sebaiknya mendeportasi diri sebelum badai datang.” Sementara itu, Partai Republik Florida turut memanfaatkan momentum dengan menjual merchandise bertema ‘Alligator Alcatraz’, lengkap dengan visual AI buatan berdasarkan desain fasilitas tersebut.
“Baca Juga: Rekomendasi Motor Matic Nyaman dan Tangguh untuk Touring”
Di sisi lain, gelombang penolakan datang dari aktivis dan komunitas adat lokal. Sekitar 100 orang menggelar aksi protes saat kunjungan Trump, termasuk Mae’anna Osceola-Hart dari komunitas Miccosukee dan Seminole. Mereka menilai pusat penahanan ini melanggar hak asasi manusia dan mencemari kawasan konservasi.
Koalisi lembaga lingkungan juga menggugat pemerintah AS melalui jalur hukum. Mereka menuduh proyek ini dilaksanakan tanpa analisis dampak lingkungan yang memadai. Gugatan menyebut pembangunan berpotensi merusak lahan basah, keanekaragaman hayati, serta kualitas udara dan air.
Fasilitas ini kini menjadi simbol kontroversial antara ketegasan imigrasi dan ancaman terhadap lingkungan hidup. Nasib proyek ini akan sangat bergantung pada proses hukum dan tekanan publik ke depan.





Leave a Reply